saya adalah blogger pemula yang kebanyakan artikel disini adalah hasil surfing yang saya kopas, kebanyakan artikel yang saya kopas adalah artikel yang menurut saya pantas dan informatif sebagai pengetahuan tambahan. semoga artikel-artikel yang ada di blog yang sudah saya buat ini dapat sedikit membantu dan bermanfaat bagi saya dan para pengunjung sekalian. Terimakasih.

Rabu, 02 Juli 2014

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN


1. PENILAIAN KUALITATIF
a. Composmentis Cooperatif
Bereaksi segera dengan orientasi sempurna, sadar akan sekeliling orientasi, baik terhadap orang, tempat dan waktu
b. Apatis
Terlihat mengantuk tapi mudah dibangunkan, klien tampak acuh tak acuh dengan lingkungannya
c. Confuse
Klien tampak bingung/ bengong, respon psikologis agak lambat
d. Samnolen
Dapat dibangunkan bila rangsangan cukup kuat
e. Soporos Coma
Keadaan tidak sadar menyerupai koma, respon terhadap nyeri masih ada, biasanya ada inkontinensia urine, belum ada gerakan motorik sempurna
f. Coma
Tidak sadar dan tidak berespon terhadap rangsangan nyeri
2. PENILAIAN KUANTITATIF
Dinilai dengan GLASGOW COMA SCALE (GCS), dengan menggunakan kriteria:
A. VERBAL ( V= VERBAL RESPONSE)
5 Identifikasi yang tepat terhadap waktu, tempat dan orang ( berbicara orientasi baik)
4 Bingung dengan waktu, tempat dan orang, dapat diajak bicara tapi kacau
3 Respon verbal terhadap pertanyaan tidak tepat, tidak realistik, jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, mengulang kata-kata, mengucapkan kata-kata tidak sopan, dapat diajak bicara tapi tidak mengerti
2 Merintih, mengomel
1 Tidak ada respon terhadap pertanyaan, tidak ada suara/ kata-kata
B. MATA (E= EYE RESPONSE)
4 Membuka mata spontan
3 Membuka mata bila diperintah
2 Membuka mata dengan rangsangan nyeri
1 Tidak membuka mata walau dengan berbagai rangsangan
C. MOTORIK ( M = MOTORIK RESPONSE)
6 Bergerak sesuai perintah
5 Dapat bereaksi menyingkirkan nyeri
4 Fleksi siku pada rangsangan nyeri
3 Fleksi spasti/ abduksi lengan atas dengan rangsangan nyeri
2 Reaksi ekstensi dengan rangsangan nyeri
1 Tidak ada respon dengan rangsangan nyeri




sumber; http://desideswita.wordpress.com/2011/04/01/penilaian-tingkat-kesadaran/
read more “PENILAIAN TINGKAT KESADARAN”

Selasa, 10 Juni 2014

SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI

Sistem saraf dibagi menjadi dua macam, yaitu sistem saraf pusat dan saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan, sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (saraf kraniospinal) dan saraf tak sadar (saraf otonom).

a.    Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi. Seluruh aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tengkorak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selaput meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa pembuluh darah, dan dengan mensekresi sejenis cairan yang disebut cairan serebrospinal, selaput meningia dapat memperkecil benturan dan guncangan. Meningia terdiri atas tiga lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan duramater.

1) Otak
Otak merupakan pusat saraf yang terletak di dalam rongga tengkorak. Otak manusia terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri dan kanan.
Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan mengendalikan tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah silang pada jalur-jalur spinal. Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.

a) Otak besar (cerebrum)
Otak besar pada manusia dewasa memiliki volume sekitar ± 1500 cm3. Permukaan otak berlipat-lipat sehingga dapat memuat jutaan neuron. Bagian luar otak berisi neuron sehingga berwarna kelabu (substansia grissea). Sedangkan, otak bagian dalam berisi neurit dan dendrit sehingga berwarna putih (substansia alba). Otak besar merupakan pusat ingatan, kesadaran, kecerdasan, dan kemauan. Selain itu, otak besar juga merupakan sumber semua kegiatan yang manusia sadari. Otak besar terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) bagian depan : pusat gerakan otot
2) bagian tengah : pusat perkembangan ingatan dan
kecerdasan
3) bagian samping : pusat pendengaran
4) bagian belakang : pusat penglihatan

b) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah merupakan bagian otak yang terletak di antara pons vasoli dan diensefalon. Otak tengah berhubungan dengan sistem penglihatan dan pendengaran. Di bagian depan dari otak tengah terdapat:
1) Talamus, yaitu bagian yang menjalankan pemisahan pertama impuls yang tiba dan mengarahkan impuls ke bagian cerebrum yang berbeda, serta mengarahkan sebagian dari impuls ke sumsum tulang belakang.
2) Hipotalamus, yaitu bagian yang mengatur suhu tubuh, selera makan, dan keseimbangan cairan tubuh.

c) Otak kecil (cerebelum)
Otak kecil terletak di bawah otak besar, di dalam rongga tengkorak bagian belakang. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur keseimbangan tubuh, posisi tubuh, dan gerakan otot yang disadari. Bagian kiri dan bagian kanan otak kecil dihubungkan oleh suatu penghubung yang disebut jembatan varol, seperti otak besar. Bagian luar otak kecil (korteks) berwarna kelabu dan bagian dalam (medula) berwarna putih.

d) Sumsum lanjutan (medula oblongata)

Sumsum lanjutan terdapat di muka otak kecil dan di bawah otak besar, dan merupakan perpanjangan dari sumsum tulang belakang. Bagian dalamnya berisi neuron sehingga berwarna kelabu. Sedangkan, bagian luarnya berwarna putih karena berisi neurit dan dendrit. Fungsi sumsum lanjutan adalah sebagai pengatur pernapasan, gerakan jantung, dan gerak alat pencernaan.

2) Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Sumsum tulang belakang dilindungi atau berada di dalam ruas-ruas tulang belakang. Bagian luarnya berwarna putih dan bagian dalam berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang terletak memanjang dari ruas-ruas leher sampai ruas pinggang yang kedua. Selaput otak juga menyelaputi sumsum tulang belakang.

Fungsi sumsum tulang belakang, yaitu:
a) Pusat perantara antara susunan saraf tepi dan otak.
b) Menghantarkan impuls menuju atau dari otak.
c) Mengatur gerak refleks tubuh.
Penampang melintang sumsum tulang belakang terlihat seperti gambar kupu-kupu dengan warna kelabu, berisi neuron. Rangsang disampaikan ke otot lewat serabut saraf sensorik. Sedangkan, tanggapan dari pusat ke efektor disampaikan lewat serabut saraf motorik. Serabut saraf tersebut terdapat di sumsum tulang belakang.

b. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar meliputi sistem saraf kepala (kranial). Sedangkan, sistem saraf tidak sadar dibagi menjadi dua macam, yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.

1) Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar (kraniospinal) merupakan saraf yang mengatur gerakan yang dilakukan secara sadar. Sistem saraf sadar dibagi menjadi dua macam, yaitu kranial dan spinal. Sistem saraf kranial atau kepala disusun oleh 42 pasang  saraf yang keluar dari otak. Saraf kranial berhubungan dengan reseptor dan efektor untuk daerah kepala. Sedangkan, saraf spinal disusun oleh 31 pasang saraf yang  keluar dari sumsum tulang belakang.

2) Sistem saraf tak sadar (saraf otonom)
Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu  saraf simpatik dan parasimpatik yang memiliki susunan  dan fungsi yang khas.

a) Sistem saraf simpatik

Sistem saraf simpatik terdiri atas serangkaian urat  kembar berupa ganglion-ganglion yang tersebar di beberapa daerah, seperti daerah leher, daerah dada, daerah pinggang, dan daerah pelvis.  Serabut saraf simpatik berfungsi untuk merangsang kerja otot jantung, otot-otot tak sadar semua pembuluh  darah, dan semua alat-alat dalam, seperti lambung, pankreas,dan usus. Selain itu, merangsang serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat dan mempertahankan tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar.

b) Sistem saraf parasimpatik

Susunan saraf parasimpatik berupa jaringan susunan  saraf yang berhubungan dengan ganglion-ganglion yang  tersebar di seluruh tubuh. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi kebalikan dari saraf simpatik.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

 Fungsi Saraf Otonom


PARASIMPATIK
• mengecilkan pupil
• menstimulasi aliran ludah
• memperlambat denyut jantung
• membesarkan bronkus
• menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
• mengerutkan kantung kemih
SIMPATIK
• memperbesar pupil
• menghambat aliran ludah
• mempercepat denyut jantung
• mengecilkan bronkus
• menghambat sekresi kelenjar pencernaan
• menghambat kontraksi kandung kemih Otak

Sumber; http://auliafirda01.blogspot.com/2012/12/sistem-saraf-pusat-dan-saraf-tepi.html
read more “SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI”

12 nervus

Nervus Olfaktori (N. I):
- Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
- Cara Pemeriksaan: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau yang dirasakan (kopi, teh,dll)
Nervus Optikus (N. II)
- Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
- Cara Pemeriksaan: Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang
Nervus Okulomotoris (N. III)
- Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler
- Cara Pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata
Nervus Trochlearis (N. IV)
- Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
- Cara Pemeriksaan: Sama seperti nervus III
Nervus Trigeminus (N. V)
- Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks korenea dan refleks kedip
- Cara Pemeriksaan: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
Nervus Abdusen (N. VI)
- Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
- Cara pemeriksaan: sama seperti nervus III
Nervus Fasialis (N. VII)
- Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
- Cara pemeriksaan: senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan gula dan garam
Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
- Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
- Cara pemeriksaan: test webber dan rinne
Nervus Glosofaringeus (N. IX)
- Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
- Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan asam
Nervus Vagus (N. X)
- Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
- Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh mengucap ah…
Nervus Asesoris (N. XI)
- Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
- cara pemeriksaan: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.
Nervus Hipoglosus (N. XII)
- Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah
- cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi.

Sumber; http://gustinerz.com/?p=2043
read more “12 nervus”

Senin, 17 Maret 2014

Kamis, 12 Desember 2013

WABAH


WABAH

Definisi

Sumber ; http://epidemiolog.wordpress.com/2009/04/14/wabah/
Wabah adalah Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular Dalam, 'masyarakat Yang JUMLAH penderitanya MENINGKAT secara Nyata melebihi bahasa Dari PADA keadaan Yang Lazim PADA waktu Dan daerah adalah tertentu Serta dapat menimbulkan mala petaka ( UU No 4 . Tahun 1984) .
Suatu wabah dapat Terbatas PADA lingkup Kecil tertentu ( disebut wabah , yaitu Serangan penyakit ) lingkup Yang lebih barisan aritmetik ( epidemiologi ) atau bahkan lingkup global yang ( Pandemi ) .
Kejadian atau Peristiwa Dalam, 'masyarakat atau wilâyah Bahasa Dari suatu kasus penyakit tertentu Yang secara Nyata melebihi Bahasa Dari JUMLAH Yang diperkirakan .

Sumber ; http://id.wikipedia.org/wiki/Wabah
Wabah adalah istilah untuk menyebut Umum Kejadian tersebarnya penyakit PADA daerah adalah Yang Luas Dan PADA BANYAK orangutan , maupun untuk menyebut penyakit Yang menyebar nihil .

Sumber ; http://en.wikipedia.org/wiki/Epidemic
Jenis
Wabah sumber yang sama
Dalam wabah sumber yang sama , individu yang terkena memiliki paparan agen umum . Jika eksposur adalah tunggal dan semua individu yang terkena mengembangkan penyakit melalui paparan tunggal dan tentu saja inkubasi , dapat disebut sebagai sumber wabah titik . Jika paparan itu terus menerus atau variabel , dapat disebut sebagai wabah terus menerus atau intermiten wabah , masing-masing.
Disebarkan wabah
Dalam wabah yang disebarkan , penyakit ini menyebar orang - ke-orang . Individu yang terkena mungkin menjadi waduk independen terkemuka untuk eksposur lebih lanjut.
Banyak epidemi akan memiliki karakteristik dari kedua sumber yang sama dan wabah disebarkan . Misalnya, sekunder menyebar orang - ke-orang dapat terjadi setelah paparan sumber yang sama atau vektor lingkungan dapat menyebar agen penyakit zoonosis .

transmisi
• Transmisi Airborne : transmisi Airborne adalah penyebaran infeksi oleh droplet nuklei atau debu di udara . Tanpa intervensi dari angin atau draft jarak di mana infeksi udara berlangsung singkat , misalnya 10 sampai 20 kaki .
• Arthropod transmisi : transmisi Arthropod terjadi oleh serangga , baik secara mekanis melalui belalai atau kaki yang terkontaminasi , atau biologis ketika ada pertumbuhan atau replikasi dari suatu organisme dalam arthropoda tersebut.
• transmisi biologik: Melibatkan proses biologis , misalnya melewati tahap perkembangan agen penyebab infeksi pada hospes perantara . Berlawanan dengan transmisi mekanik .
• transmisi Colostral : Suatu bentuk penularan vertikal melalui generasi berturut-turut .
• Kontak transmisi : Agen penyakit ditransfer langsung dengan menggigit , mengisap , mengunyah atau tidak langsung terhirup tetesan , minum air yang terkontaminasi , perjalanan di kendaraan yang terkontaminasi .
• transmisi Cyclopropagative : Agen mengalami kedua pengembangan dan perkalian dalam kendaraan transmisi .
• Pembangunan transmisi : Agen mengalami beberapa pengembangan dalam kendaraan transmisi .
• Fecal -oral transmisi : Agen infeksius ditumpahkan oleh host yang terinfeksi dalam tinja dan diakuisisi oleh host rentan melalui konsumsi bahan terkontaminasi .
• Transmisi Horizontal : penyebaran lateral kepada orang lain dalam kelompok yang sama dan pada saat yang sama , menyebar ke sezaman .
• transmisi Mekanikal : Pemancar tidak terinfeksi dalam jaringan tidak menyerang dan agen tidak berkembang biak .
• transmisi Propagative : Agen mengalikan dalam kendaraan transmisi .
• Vertikal transmisi : Dari satu generasi ke generasi berikutnya , mungkin transovarial atau dengan infeksi intrauterin janin . Beberapa retrovirus yang ditransmisikan dalam garis kuman , yaitu materi genetik mereka diintegrasikan ke dalam DNA dari salah satu ovum atau sperma .


http://sabilatulfikri.wordpress.com/2010/12/17/17/
Pencegahan Wabah

Ketika organisme penyebab , sumber , dan jalur transmisi diketahui , mungkin lebih mudah untuk menjelaskan penyebab wabah . Penanggulangan tergantung pada jenis penyakit yang dihadapi . Pengentasan Strategi utama penyakit menular dapat diringkas dalam tiga bagian.

Pencegahan primer dicapai melalui semua tindakan yang tercantum di kolom ' memutus rantai penularan ' dan ' melindungi rentan' , disertai dengan pemberantasan reservoir hewan . Ketika semua langkah ini dijalankan dengan benar , jumlah kasus baru dapat dikkurangi drastis . Jadi , bekalan air bersih dan air kotor benar dapat mencegah penyebaran kolera , pemberantasan nyamuk Anopheles dapat mengurangi penyebaran malaria , dan imunisasi dapat melindungi anak-anak dari penyakit seperti cacar .

Pencegahan sekunder dapat dicapai dengan mencari kasus-kasus subklinis dan operator , pengawasan , dan pelacakan kontak .

Pencegahan tersier adalah kasus tindakan pengobatan atau operator sehingga tidak ada kuman dapat menyebar lebih lanjut . Oleh karena itu, penanggulangan wabah elemen pertama adalah sebagai berikut :

Memberantas sumber dan memutuskan rantai penularan
mencegah pemakaian air yang tercemar atau air disterilkan dulu sebelum dipakai, memusnahkan makanan yang tercemar, dan juga tempat perbiakan vector. Pendidikan kesehatan berperan penting dalam kegiatan ini dan mungkin perlu juga didukung dengan undang-undang.

Mengobati dan mengisolasi semua kasus
jenis pengobatan yang diberikan bergantung pada penyakit dan juga sarana, serta perlengkapan yang tersedia.

Meningkatkan daya tahan penduduk setempat
beberapa jenis penyakit menular dapat dicegah dengan obat (misalnya penyakit malaria) atau imunisasi (misalnya polio dan campak). Perlu diingat, bahwa untuk wabah beberapa penyakit, seperti tifoid dan kolera, pemberian vaksin boleh dikatakan tidak efektif.

Surveilans yang berkelanjutan
selama fase akut suatu wabah, perlu tetap diawasi orang-orang yang dicurigai memiliki risiko penyakit. Segera setelah wabah berhasil diatasi, perlu dijalankan surveilans untuk menemukan kasus baru, supaya efektif. Karena system pelaporan rutin mungkin tidak memadai untuk hal tersebut, maka surveilans di masyarakat merupakan alat penting untuk mengenal dan melaporkan setiap kasus baru.
read more “WABAH”

Epidemic


WABAH
Definisi

Sumber; http://epidemiolog.wordpress.com/2009/04/14/wabah/
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No 4. Tahun 1984).
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).
Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

Sumber; http://id.wikipedia.org/wiki/Wabah
Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut.

Sumber; http://en.wikipedia.org/wiki/Epidemic
Types
Common source outbreak
In a common source outbreak, the affected individuals had an exposure to a common agent. If the exposure is singular and all of the affected individuals develop the disease over a single exposure and incubation course, it can be termed a point source outbreak. If the exposure was continuous or variable, it can be termed a continuous outbreak or intermittent outbreak, respectively.
Propagated outbreak
In a propagated outbreak, the disease spreads person-to-person. Affected individuals may become independent reservoirs leading to further exposures.
Many epidemics will have characteristics of both common source and propagated outbreaks. For example, secondary person-to-person spread may occur after a common source exposure or an environmental vectors may spread a zoonotic diseases agent.


Transmission
  • Airborne transmission: Airborne transmission is the spread of infection by droplet nuclei or dust in the air. Without the intervention of winds or drafts the distance over which airborne infection takes place is short, say 10 to 20 feet.
  • Arthropod transmission: Arthropod transmission takes place by an insect, either mechanically through a contaminated proboscis or feet, or biologically when there is growth or replication of an organism in the arthropod.
  • Biological transmission: Involving a biological process, e.g. passing a stage of development of the infecting agent in an intermediate host. Opposite to mechanical transmission.
  • Colostral transmission: A form of vertical transmission via successive generations.
  • Contact transmission: The disease agent is transferred directly by biting, sucking, chewing or indirectly by inhalation of droplets, drinking of contaminated water, traveling in contaminated vehicles.
  • Cyclopropagative transmission: The agent undergoes both development and multiplication in the transmitting vehicle.
  • Developmental transmission: The agent undergoes some development in the transmission vehicle.
  • Fecal-oral transmission: The infectious agent is shed by the infected host in feces and acquired by the susceptible host through ingestion of contamined material.
  • Horizontal transmission: Lateral spread to others in the same group and at the same time; spread to contemporaries.
  • Mechanical transmission: The transmitter is not infected in that tissues are not invaded and the agent does not multiply.
  • Propagative transmission: The agent multiplies in the transmission vehicle.
  • Vertical transmission: From one generation to the next, perhaps transovarially or by intrauterine infection of the fetus. Some retroviruses are transmitted in the germ line, i.e. their genetic material is integrated into the DNA of either the ovum or sperm.



http://sabilatulfikri.wordpress.com/2010/12/17/17/
Prevention of Outbreaks

When the causative organism, its source, and transmission lines are known, it may be easier to explain the cause of the outbreak. Countermeasures depending on the type of disease encountered. The main strategy alleviation of infectious diseases can be summarized in three parts
Primary prevention is achieved through all the actions listed in the column 'break the chain of transmission' and 'protect the vulnerable', accompanied by the eradication of animal reservoir. When all these steps are executed correctly, the number of new cases can dikkurangi drastically. So, bekalan clean water and sewage properly can prevent the spread of cholera, eradication of Anopheles mosquitoes can reduce the spread of malaria, and immunization can protect children from diseases such as smallpox.
Secondary prevention can be achieved by finding subclinical cases and carriers, surveillance, and contact tracing.
Tertiary prevention is treatment action cases or carriers so no germs can spread further. Therefore, the first element outbreak response is as follows:
·         Eradicate the source and cut the transmission
Prevent the use of contaminated water or sterilized water before use, destroy contaminated food, as well as vector perbiakan place. Health education plays an important role in these activities and may need to be supported by legislation.
·         Treat and isolate all cases
The type of treatment given depends on the disease and also means, as well as the equipment available.
·         Improve endurance locals
Some types of infectious diseases can be prevented by drugs (eg, malaria) or immunization (eg, polio and measles). Keep in mind, that for the outbreak of some diseases, such as typhoid and cholera, vaccine virtually ineffective.
·         Ongoing surveillance
During the acute phase of an outbreak, should remain supervised persons suspected of having the disease risk. As soon as the outbreak was contained, surveillance needs to be run to find a new case, to be effective. Because the routine reporting system may not be adequate for this, the surveillance society is an important tool to recognize and report any new cases.
read more “Epidemic”

Senin, 01 Juli 2013

Emboli Lemak

DefinisiEmboli adalah suatu massa, yang dapat berupa bekuan darah atau materi lain seperti substansi asing (gelembung udara, bakteri, agregat lemak), yang terbawa aliran darah melalui pembuluh, tersangkut dalam suatu pembuluh darah atau percabangan yang terlalu kecil untuk dilewatinya sehingga menyumbat sirkulasi darah.
Istilah emboli lemak menunjukkan gambaran klinis yang spesifik akibat trauma, khususnya fraktur yang mengenai orang dewasa dan jarang ditemukan pada anak-anak. Emboli lemak merupakan komplikasi yang fatal dan menyebabkan kematian sebesar 20% dari seluruh kematian akibat fraktur.

Etiologi dan Patogenesa
Emboli berasal dari lemak sumsum tulang dan jaringan lemak, kemudian melalui robekan vena masuk ke sirkulasi dan paru-paru, bersama lemak globules melewati kapiler paru masuk ke sirkulasi sistemik dan menuju ke otak, ginjal, jantung dan kulit.
Penelitian Hilman menyatakan bahwa lemak netral merupakan sumber emboli kecil, yang merupakan penyebab utama gangguan metabolisme lemak. Pada trauma yang luas terjadi penurunan karbohidrat dan lemak secara cepat, berupa lipolisis pada jaringan lemak dan sejumlah besar asam lemak bebas. Akibatnya sejumlah besar asam lemak bebas ditranspor ke sirkulasi hati dimana terjadi sintesis dan sekresi lipoprotein dengan densitas rendah.
Lipoprotein hati mengalami agregasi/ konjugasi dengan kalsium dan kolesterol, menarik platelet dan menyebabkan perlambatan aliran darah dan terbentuk emboli. Proses ini menunjukkan asidosis dan respirasi metabolic. Emboli pada arteri paru tidak hanya menyebabkan obstruksi aliran arah tetapi juga merusak dinding pembuluh darah, yang menyebabkan hemoragik multiple dengan focus kecil yang menimbulkan hemoptisis, edema paru dan dispnea. Emboli lemak kemudian masuk ke sirkulasi sistemik.
Patogenesa sindroma emboli lemak melibatkan obstruksi mekanik pada pulmo dan vaskulatur sistemik. Pada obstruksi mekanik pada paru terjadi diakibatkan oleh peningkatan tekanan intramedular setelah trauma sehingga sumsum lemak keluar melalui sinusoid menuju pulmo dan membentuk sumbatan pada kapiler pulmo. Teori biokimia menyatakan bahwa asam lemak bebas yang ada di sirkulasi akibat fraktur mengandung toksin dan menyerang pneumosit dan sel endotel pulmo yang mengakibatkan perdarahan interstisial, edema, dan pneumonitis kimiawi yang dapat disertai dengan syok, hipovolemi dan sepsis yang mengakibatkan pengurangan lairan darah ke hepar, hal ini memperburuk efek toksik asam lemak bebas.
Secara mikroskopis, globules lemak dapat ditemukan dalam sirkulasi setelah fraktur tulang panjang (yang memiliki sumsum lemak).

Gambar di samping menunjukkan embolus pada sirkulasi pulmonary. Vakuola yang jernih menunjukkan sumsum lemak yang berada pada pembuluh darah distal bersamaan dengan precursor hematopoietik selular.

Gambaran Klinis
Emboli lemak biasanya dimulai pada hari pertama sampai tiga hari setelah terjadi trauma. Dengan onset awal berupa takipnea, dispnea dan takikkardi. Selain kelainan pulmoner, sindrom ini ditandai pula dengan gejala neurologist termasuk iritabilitas dan kelemahan yang dapat berkembang menjadi delirium atau koma. Bila ditemukan tanda atau gejala emboli, maka kelainan ini harus segera diatasi. Emboli jantung menyebabkan takikkardi dan penurunan tekanan darah. Lesi kulit berupa peteki hemoragik yang multipel (yang ada hubungannya dengan transient trombositopeni pada emboli) khususnya pada kulit dada, aksila serta konjungtiva. Penderita juga mengalami demam tinggi. Mortalitas emboli lemak sebesar 20% yang diakibatkan lesi otak.
Gejala dari emboli lemak biasanya dikarenakan penyempitan beberapa pembuluh darah ditambah dengan globular lemak yang terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh darah kapiler. Tetapi globular lemak tidak menyebabkan obstruksi pembuluh darah secara total karena deformabilitas dan kelarutannya. Hasil akhir yang bisa kita lihat adalah hidrolisis lemak yang dapat mengiritasi asam lemak bebas dan bermigrasi ke organ lain melalui sirkulasi sistemik.


sumbar; http://astrosit.blogspot.com/2010/09/emboli-lemak.html

read more “Emboli Lemak”